Sirah Perang Khandak
Khandaq berarti Parit. Nama ini digunakan untuk menyebut
sebuah perang yang terjadi pada tahun ke-5 setelah Hijrah ke Madinah (Tahun 627
Masehi). Perang Khandaq adalah perang umat Islam melawan pasukan aliansi yang
terdiri dari Bangsa Quraisy, Yahudi, dan suku Ghathafan. Perang Khandaq disebut
juga Perang Ahzab, yang artinya Perang Gabungan. Muaranya adalah ketidakpuasan
beberapa orang Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wa’il akan keputusan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menempatkan mereka di luar Madinah. Dari
Bani Nadir adalah Abdullah bin Sallam bin Abi Huqaiq; Huyayy bin Akhtab; dan
Kinanah ar-Rabi bin Abi Huqaiq. Sedangkan dari Bani Wa’il adalah Humazah bin
Qais dan Abu Ammar.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima
hijriyah, menurut pendapat yang paling tepat. Karena sebagian ulama berbeda
pendapat tentang waktu terjadinya peristiwa besar ini. Ibnu Hazm berpendapat
bahwa kejadian ini terjadi pada tahun keempat hijriyah. Sedangkan ulama lainnya
seperti Ibnul Qayyim merajihkan bahwa peristiwa ini terjadi tahun kelima
hijriyah. (Zadul Ma’ad, 3/269-270)
Awal Mula Peperangan
Di antara sebab peristiwa ini ialah seperti yang diceritakan
oleh Ibnul Qayyim (Zadul Ma’ad, 3/270). Beliau mengatakan:
“Ketika orang-orang Yahudi melihat kemenangan kaum musyrikin
atas kaum muslimin pada perang Uhud, dan mengetahui janji Abu Sufyan untuk
memerangi muslimin pada tahun depan (sejak peristiwa itu), berangkatlah
sejumlah tokoh mereka seperti Sallam bin Abil Huqaiq, Sallam bin Misykam, Kinanah
bin Ar-Rabi’, dan lain-lain ke Makkah menjumpai beberapa tokoh kafir Quraisy
untuk menghasut mereka agar memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan mereka menjamin akan membantu dan mendukung kaum Quraisy dalam rencana
itu”.
Quraisy pun menyambut hasutan itu.
Kekuatan Pasukan Quraisy
Setelah itu, tokoh-tokoh Yahudi tadi menuju Ghathafan dan
beberapa kabilah Arab lainnya untuk menghasut mereka. Maka disambutlah hasutan
itu oleh mereka yang menerimanya. Kemudian keluarlah Quraisy yang dipimpin Abu
Sufyan dengan 4.000 personil, diikuti Bani Salim, Bani Asad, Bani Fazarah, Bani
Asyja’, dan Bani Murrah.
Namun musuh-musuh Allah dari umat Yahudi belum puas terhadap
hasil yang dilakukan, setelah mereka mengetahui bahwa Quraisy telah menerima ajakan
mereka untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang
beriman di Madinah, mereka keluar dan pergi ke suku Ghathafan dari Qais Gailan,
mengajak mereka untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seperti halnya yang mereka lakukan terhadap Quraisy, dan menyatakan bahwa
mereka (Yahudi) akan selalu bersama mereka. Mereka tetap tinggal di tempat
mereka hingga suku Ghathafan menyetujuinya. Kemudian setelah itu mereka menemui
Bani Fazarah dan Bani Murrah, dan berhasil mengajak mereka untuk memerangi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umat Islam di Madinah.
Oleh karena itulah pasukan begitu banyak dan peralatan
begitu lengkap, suku Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, suku
Ghathafan di pimpin oleh Uyaynah bin Hisn bin Hudzaifah bin Badr pada Bani
Fazarah, Bani Murrah di pimpin oleh Harits bin Auf, Bani Asyja’ di pimpin oleh
Mas’ud bin Rakhilah bin Nuwairah bin Tharif bin Samhah bin Ghathafan. Mereka
bergerak dengan jumlah yang banyak dan peralatan yang lengkap untuk satu
tujuan; perang melawan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka
bersepakat untuk berkumpul di Khaibar, dan jumlah mereka dari berbagai kelompok
dan suku adalah 10.000 pasukan, adapun pucuk pimpinan dalam perang tersebut
dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Comments
Post a Comment